SIAPA KETUA UMUM RAMPOE UGM SELANJUTNYA?

11403353_971265946256907_6034002483116843950_n

Tidak terasa kepengurusan Rampoe UGM periode 2014/2015 akan segera berakhir. Kabinet totalitas yang diusung oleh Yusuf Qardhawi Latua Silawane selaku ketua umum periode ini sebentar lagi akan berakhir perjalanannya. Maka dari itu, untuk meneruskan perjuangan dan langkah yang telah dimulai oleh kabinet totalitas dan kepengurusan-kepengurusan sebelumnya, maka dibukalah rekruitmen calon ketua umum Rampoe UGM periode 2015/2016.

Adapun syarat-syarat umum yang harus dipenuhi oleh calon ketua umum Rampoe UGM di antaranya:

        1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

        2. Anggota aktif Rampoe UGM

        3. Mahasiswa Universitas Gadjah Mada

        4. Tidak merangkap sebagai ketua pada organisasi lain

Selanjutnya, berkas-berkas yang harus dikumpulkan paling lambat 20 Juni 2015 pukul 18.00 WIB di Plasa lantai 2 FIB UGM, di antaranya:

        1. Formulir Pendaftaran

        2. Fotokopi Identitas Diri (KTP/KTM)

        3. Curriculum Vitae

Jika ada pertanyaan atau saran, silakan menghubungi narahubung di nomor berikut (085868871779/Novita).

Rampoe UGM di Seminar Nasional Pemuda Anti Korupsi

Hasil tidak pernah mengkhianati prosesnya. Dengan suksesnya penampilan Rapai dalam acara seminar nasional Pemuda Anti Korupsi, Sabtu, 7 Maret 2015 lalu, semakin meningkatkan kepercayaan diri para penari lelaki angkatan 5 Rampoe UGM untuk bisa kembali tampil di kesempatan berikutnya. Penampilan itu tak hanya ditonton oleh kalangan mahasiswa yang menghadiri seminar nasional tersebut, namun juga dilihat oleh perwakilan KEMENPORA, perwakilan KPK, hingga perwakilan dari universitas-universitas yang ada di Indonesia.

Meskipun pada malam sebelumnya banyak terjadi perubahan pada gerakan tarian yang akan ditampilkan, hal itu tidak membuat para penari patah semangat. Penampilan yang dibawakan oleh 12 orang penari dan 1 orang syekh ini mendapatkan tepuk tangan meriah dari para penonton. Ada 9 gerakan yang mereka tampilkan dalam waktu 15 menit di atas panggung. Meskipun pada akhirnya mereka tidak jadi menampilkan formasi bunga yang menjadi formasi andalan pada salah satu gerakan tarian, penampilan mereka tetap memuaskan, memukau, dan menghibur para penonton.

“Luar biasa sekali saya dapat berkesempatan untuk tampil Rapai Geleng bersama kawan Rampoe UGM di ION’s. Apresiasi peonton yang meriah menunjukkan bahwasanya mereka terhibur. Itu semua tak lepas dari totalitas dan rasa semangat kita saat latihan,” komentar Ridwan, salah satu penari Rapai saat ditanya bagaimana kesannya saat turut tampil pada acara tersebut. Meskipun dia mengakui dia melakukan beberapa kesalahan saat penampilan, dia tetap memberikan senyuman, seperti apa yang dikatakan oleh salah satu seniornya di Rampoe UGM, bahwa “Menarilah untuk membuat orang bahagia, karena itu, tersenyumlah saat menari.”

Penari Rapai Geleng yang turut tampil di ballroom ION’s itu terdiri dari 8 orang dari angkatan 5 dan 4 orang dari angkatan 4. Penampilan ini merupakan penampilan Rapai keempat kalinya bagi angkatan 5. Meskipun masih terbilang memiliki pengalaman yang sedikit, itu tidak membuat mereka pesimis untuk tampil bersama angkatan 4 yang memiliki pengalaman jauh lebih banyak. Justru mereka belajar banyak dari senior yang turut merapat di dalam barisan dan selalu menyertai mereka setiap latihan.

“Tidak ada sesuatu yang paling istimewa selain duduk rapat sambil menghayati perjalanan sejarah kehidupan dan kebudayaan. Itulah yang aku maknai dengan indahnya kebersamaan,” ujar Nazar saat ditanya mengenai kesannya selama latihan dan penampilan di Seminar Nasional Pemuda Anti Korupsi. Tambahnya, “Apalagi ditambah dengan temanya—tema seminar—yang begitu menggugah, Pemuda Anti Korupsi.”

Mahasiswa tahun kedua jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di UIN Kalijaga itu berharap bahwa semoga para generasi muda untuk selalu mencintai dan melestarikan budayanya, dan bukan justru tetap melestarikan budaya yang jelek seperti korupsi (Diyah Prilly Upartini).

11041722_656517337793189_2604582713802123807_n
Abang-abang Rapai berpose setelah menampilkan Rapai di Seminar Nasional Pemuda Antikorupsi.

PIASAN RAMPOE UGM

Ibarat perkembangan manusia, Rampoe UGM sekarang sedang berada pada usia emas, rrrrrr5 tahun. Sejak dibentuk 2009 lalu, tim ini sudah memiliki enam angkatan dengan rekor angkatan terbanyak diraih oleh angkatan keenam. Sudah banyak pula prestasi-prestasi yang diraih oleh tim yang dilahirkan oleh Ikatan Mahasiswa Jurusan Sastra Asia Barat ini. Prestasi terdekat adalah pengiriman dua kontingen dalam satu tahun ke Malaysia, Belgia, dan Prancis pada 2014 tahun 2014. Di samping itu, setahun belakangan ini Rampoe UGM juga dinobatkan sebagai juara pertama tari tradisional dalam PORSENIGAMA, serta mengisi beberapa penampilan baik di lingkup universitas, regional Yogyakarta, maupun di luar kota.

Sebagai ucapan syukur atas perkembangan yang luar biasa dalam tim ini, maka diadakanlah acara Piasan Rampoe UGM pada 27 Desember lalu. Acara ini merupakan peringatan hari lahir Rampoe UGM, dihadiri oleh semua angkatan, tidak terkecuali angkatan satu yang saat ini sudah berstatus sebagai alumni UGM. Bertempat di Pondok Cabe, Jalan Simanjuntak, acara dipandu oleh dua MC yang komunikatif, Mas Rian dan Mas Zaki. Mereka mengumumkan peraih penghargaan ala Rampoe UGM dengan beberapa kategori sebagai berikut. Anggota teraktif diraih oleh Alfiatin Mulfatiq (angkatan IV), anggota teralay diraih oleh Sofwan Azizi (angkatan V), anggota terampoe diraih oleh Ratih Nurul Hidayah (angkatan V), anggota terunik diraih oleh Itok (angkatan VI), dan anggota terlambat diraih oleh Zulfikar (angkatan V). Pemenang nominasi dalam setiap kategori ditentukan berdasarkan vote dari seluruh anggota Rampoe UGM. Selamat kepada para pemenang, semoga kontribusinya tidak berhenti, dan akhir kata, selamat ulang tahun, Rampoe UGM, keluargaku tercinta! (NZ)

KOMUNITAS TERAKTIF PECAHKAN REKOR IMABA

rampoeIkatan Mahasiswa Satra Asia Barat (IMABA) UGM sukses menggelar acara Malam Penghargaan (Lailatul Jawaiz) IMABA 2014 pada Rabu, 3 Desember 2014 di Auditorium FIB UGM. Acara ini merupakan puncak dari seluruh kegiatan IMABA yang bertujuan untuk memberikan berbagai macam penghargaan kepada para anggota IMABA dan komunitasnya yang telah banyak memberikan kontribusi baik kepada IMABA maupun Jurusan Sastra Asia Barat UGM. Ada beberapa nominasi penghargaan yang diberikan oleh IMABA, antara lain: Mahasiswa Terfavorit, Kreatif dan Inovatif, Berprestati, Inspiratif, Teraktif, Kewirausahaan, dan Komunitas Teraktif. Komunitas tari Aceh Rampoe UGM mendapatkan penghargaan sebagai Komunitas Teraktif di Malam Penghargaan (Lailatul Jawaiz) IMABA 2014. Ini adalah kali kedua bagi Rampoe UGM setelah sebelumnya mendapatkan penghargaan dengan nominasi yang sama pada tahun 2013 yang lalu. Selain mendapatkan penghargaan sebagai Komunitas Teraktif, Rampoe UGM turut memeriahkan acara di malam itu dengan mempersembahkan tari Likok Pulo yang dibawakan oleh 65 personel terdiri dari 49 raqisa (penari putri), 11 raqis (penari putra), 4 pemusik, dan 1 syakhi. Rampoe UGM pecahkan rekor IMABA dengan penari terbanyak yang belum pernah ada sebelumnya. (Keur nu Hoyong)

KEBERSAMAAN 5-6 DI UGM EXPO 2014 “UGM Mengabdi, Indonesia Memimpin”

Kebersamaan merupakan bagian terindah dari sebuah keluarga. Seperti itulah Rampoe UGM angkatan 5 dan 6 saat mempersembahkan tarian Likok Pulo pada acara pembukaan UGM Expo 2014 di Grha Sabha Pramana (GSP) UGM lantai-1. Kebersamaan mereka saat tampil di acara yang bertema “UGM Mengabdi, Indonesia Memimpin” tersebut berlangsung pada Senin, 17 November 2014 pukul 09.00 WIB. Mereka berjumlah 22 penari yang terdiri dari 12 penari putra (masing-masing angkatan 6 penari) dan 10 penari putri (masing-masing angkatan 5 penari). Penampilan tersebut dibantu oleh 1 syakh yang rangkap sebagai pemusik.

Semangat kebersamaan angkatan 5 dan 6 pada penampilan Likok Pulo di acara yang merupakan bagian dari rangkaian Dies UGM ke 65 itu mendapatkan apresiasi tinggi dari Yusuf Qardhawi Latua Silawane selaku ketua Rampoe UGM V. “Kesalahan itu wajar. Tapi, kalian mampu memikat perhatian penonton.” Ujar Silawane saat diadakan evaluasi usai tampil. Silawane juga menambahkan bahwa penampilan Likok Pulo kali ini lebih baik daripada penampilan tahun sebelumnya yang mempersembahkan kolaborasi Ratoeh-Rapa’i di acara yang sama karena dirasa garing dan kurang memikat perhatian penonton. (Keur nu Hoyong)

10262146_765128936874015_5101272616268517925_n

RAMPOE UGM DI INTERNATIONAL SEMINAR OF SHARIAH ECONOMICS FORUM FEB UGM

Sabtu, 4 Oktober 2014, Rampoe UGM mengisi acara hiburan di International Seminar The Role of a New Government to the Development of “Islamic Economics”. Acara tersebut merupakan bagian dari rangkaian acara tahunan yang diselenggarakan oleh Shariah Economics Forum, Faculty of Economics and Bussines, Universitas Gadjah Mada. Pembicara pada seminar internasional tersebut antara lain Muliaman D. Hadad, Ph.D. (Chairman of Board of Comissioners OJK), Norhanim Mat Sari, M.B.A. (Lecturer, Islamic Banking Departement INCEIF Malaysia), Irfan Syauqi Beiq, M.Sc., Ph.D. (Head of Sharia Economics Departement FEM IPB), dan Ir. Adiwarman A. Karim, M.B.A., M.A.E.P. (National Sharia Board of Indonesia (DSN MUI)).

Tepat pukul 15.30 WIB, Rampoe UGM mempersembahkan tari Likok Pulo Putra dengan menghadirkan 12 penari dan 3 pemusik. Peserta kisaran 100 orang yang berasal dari kalangan mahasiswa S1 dan umum itu sangat menikmati penampilan Rampoe UGM yang bertempat di Djarum Hall, Lt.6 Pertamina Tower FEB UGM. Usai tampil, panitia penyelenggara yang merupakan mahasiswa S1 FEB UGM angkatan 2012 dan 2013 mengucapkan selamat dan terima kasih atas penampilan dan kesediaan Rampoe UGM mengisi acara hiburan mereka. Kesuksesan penampilan kali ini tidak lepas dari dukungan 1 fotografer dan 3 official asal anggota Rampoe UGM. (Keur nu Hoyong)

‘RAMPOE UGM’ GUNCANG PANGGUNG EROPA

Dua festival besar di Eropa yakni Festival Mondial de Folklore (Belgia) dan Festiroche (Perancis) berhasil memperkenalkan nama Indonesia khususnya rampoe UGM di kancah internasional. Festival Mondial de Folkore yang merupakan festival terbesar di Belgia ini berlangsung dari tanggal 2—11 Juni 2014 dan Festiroche dilangsungkan dari tanggal 12—15 Juni di Roche La Molliere, Prancis.

Dalam membawa misi budayanya, selain berhasil menampilkan tari saman, ratoeh duek, rapa’i geleng, dan tari pukat di panggung bergengsi ini, Rampoe UGM turut memperkenalkan batik pada opening ceremony Festival Mondial de Folklore. Antusiasme penonton, panitia, dan host-family terhadap budaya Indonesia patut diacungkan jempol, hingga kepulangan kontingen tim dari Roche La Molliere, Perancis menuju Belgia, kerabat-kerabat tersebut masih meminta untuk diajarkan tarian yang dibawakan.

Selama di Prancis, peserta dipisah ke dalam beberapa host-family. Yasin (salah satu host-family untuk Rampoe UGM) menyampaikan pesan dari segenap host-family lainnya, “Kontingen Indonesia sangat ramah dan hangat. Host-family sangat bangga dan akan berkunjung ke Indonesia untuk bertemu anak-anaknya.” Selain itu, Marc Faurend yang juga merupakan host-family mengatakan bahwa tarian yang dibawakan oleh kontingen Indonesia sangat original dan energik, khususnya tari pukat.
Setelah mengikuti jadwal kegiatan yang sangat padat, tim rampoe UGM berkesempatan melakukan perjalanan wisata ke Atomium Brussel, Mons, wisata air Saint Victor, dan wisata-wisata khusus lainnya dari host-family masing-masing. Akhirnya, perjalanan dengan menjunjung misi diplomasi budaya melalui duta seni mahasiswa ini telah usai, kontingen bertolak dari Schipol, Amsterdam pada 18 Juni 2014 dan tiba di Yogyakarta pada 19 Juni 2014.

Rakan Rampoe UGM foto bersama dengan kontingen dari Brazil (Dok. Yulian Prasetya)
Rakan Rampoe UGM foto bersama dengan kontingen dari Brazil (Dok. Yulian Prasetya)

 

‘Rampoe UGM’ Gelar Buka Bersama

Bulan Ramadhan telah tiba, saatnya memperkuat silaturrahmi keluarga Rampoe UGM. Sekaligus syukuran atas pergantian kepengurusan Rampoe UGM periode ini, maka diadakan buka bersama seluruh angkatan di Muara Kapuas, Jalan Kaliurang KM 15,5.

Acara berjalan lancar dan penuh sukacita. Setelah semua personel Rampoe menyantap hidangan yang tersedia dan melaksanakan shalat Magrib berjama’ah, Yusuf Qardhawi Latua Silawane (Ketua Umum Rampoe UGM periode 2014/2015) menyampaikan ucapan terima kasihnya atas kehadiran rekan-rekan serta harapannya selama satu tahun ke depan. Selain itu, ia juga menegaskan kembali pesan Akang Fadli terhadap kabinet #Totalitas-nya (total dan berkualitas), yakni “Totalitas itu penting, tapi totalitas tidak selalu berarti cepat, tapi tepat.” Acara ditutup dengan pengenalan pengurus baru dan foto bersama.

Rakan-rakan sedang menunggu waktu berbuka puasa
Rakan-rakan sedang menunggu waktu berbuka puasa

24th wereldfolkloreade, Oostrozebeke, Belgium (part 1)

Alhamdulillah, mimpi kami untuk bisa tampil di panggung internasional akhirnya terwujud! Senin, 6 Mei 2013, 21 anggota Tim Tari Rampoe-Rapa’i Geleng IMABA FIB UGM berangkat ke Belgia untuk mengikuti festival 24 e Wereldfolkloreade di daerah Oostrozebeke. Ke-21 anggota tersebut terdiri dari 13 perempuan, dan 8 laki-laki, ditambah 1 orang pelatih yang menyusul berangkat tanggal 8 Mei 2013. Wereldfolkloreade adalah festival rutin dua tahunan yang diselenggarakan di wilayah Oostrozebeke, Belgia. Tahun ini adalah festival yang ke-24, jadi kalau dihitung-hitung, festival ini sudah berlangsung sejak 48 tahun yang lalu! Jumlah negara peserta yang mengikuti festival pada tahun ini adalah 8 negara, yaitu Indonesia, Yunani, Paraguay, Polandia, Rumania, India, Spanyol, dan Belgia.

Perjalanan menuju Belgia manghabiskan waktu sekitar 20 jam dengan rute pesawat Yogyakarta-Amsterdam (transit di Jakarta dan Abu Dhabi), dan perjalanan darat menuju Oostrozebeke, Belgia selama lebih kurang 3 jam.

kakak-kakak dan abang-abang yang lagi nunggu koper datang di bandara schiphol, amsterdam
kakak-kakak dan abang-abang yang lagi nunggu koper datang di bandara schiphol, amsterdam

Sesampainya di Oostrozebeke, kami langsung dibawa menuju Sport Centrum De Mandelmeersen (GOR-nya Oostrozebeke) untuk makan siang, rehearsal, dan menunggu jemputan host family. Sebagai informasi, selama di Oostrozebeke ini, kami tinggal bersama host family, di mana setiap satu host family kebagian jatah mengurus dua anak. Salah satu host family kami adalah orang Indonesia yang suaminya berkewarganegaraan Belgia dan menetap di Oostrozebeke, namanya mbak Titin 🙂 Sisa hari itu kami habiskan bersama host family kami yang baru di rumah masing-masing. Pada festival ini kami akan tampil sebanyak lima kali dan penampilan pertama kami dijadwalkan tanggal 8 Mei 2013 jam 14.00 waktu setempat.

Penampilan pertama kami pada festival ini adalah tari kreasi yang menggabungkan tari-tarian dari berbagai daerah di Indonesia. Untuk penampilan kedua dan seterusnya kami menampilkan tarian ratoeh dan rapa’i geleng secara bergantian.

Agenda di hari kedua, tanggal 9 Mei 2013 adalah parade, pasar seni, dan penampilan berdurasi 8 menit. Parade dilakukan dengan mengelilingi jalanan sekitar Oostrozebeke. Kami mengenakan kostum tari sambil membawa alat musik tradisional kebanggaan Indonesia, angklung. Sepanjang parade kami memainkan angklung diiringi tabuhan rapa’i. Warga yang menyaksikan parade terlihat sangat tertarik dengan suara angklung yang kami mainkan. Di akhir parade, kami membawakan sedikit gerakan ratoeh di hadapan warga.

main angklung sepanjang parade
main angklung sepanjang parade
kakak-kakak lagi unjuk gigi di parade festival :)
kakak-kakak lagi unjuk gigi di parade  🙂

Setelah parade berakhir, kami langsung bersiap untuk tampil pada urutan pertama di Sport Centrum. Suhu udara yang mencapai 13 derajat celcius membuat tangan kami nyaris membeku dan sedikit menyulitkan untuk bergerak. Untung saja suhu di dalam GOR lebih hangat. Penampilan kedua kami bisa dibilang sukses memukau penonton yang hadir di Sport Centrum. 

8 menit yang memukau x)
8 menit yang memukau x)

Penampilan ketiga di hari berikutnya yang berdurasi 30 menit diisi dengan dua tarian, yaitu ratoeh duek dan rapa’i geleng. Pada 15 menit pertama diisi dengan penampilan kakak-kakak dengan ratoeh-nya, dan di 15 menit berikutnya diisi dengan penampilan abang-abang beserta rapa’i-nya. Salah satu host family kami mengatakan bahwa tarian yang dibawakan grup dari Indonesia ini benar-benar original dan berbeda dari negara-negara lain. Dikatakan berbeda karena hanya Indonesia yang menampilkan tarian dengan cara duduk dan itu benar-benar membuat mereka tertarik dan kagum. Kami merasa senang dengan ketertarikan penonton akan budaya Indonesia, dan budaya Aceh pada khususnya. Hal tersebut menjadi semangat bagi kami untuk tetap menampilkan yang terbaik demi memperkenalkan budaya Indonesia ke panggung internasional 🙂

tampil dengan kostum baru, tadaaa
tampil dengan kostum baru, tadaaa
abang-abang ganteng dengan rapa'i-nya
abang-abang ganteng dengan rapa’i-nya

Eheem, ada yang spesial di penampilan keempat dan kelima di hari terakhir, yaitu………….bapak konsulat Indonesia datang menyaksikan penampilan kami 😀 Bangga banget rasanya ditonton oleh pejabat penting. Tidak hanya itu, ketika mengetahui konsulat Indonesia akan datang, pihak panitia langsung mengundang walikota Oostrozebeke untuk datang dan menemani konsulat Indonesia. Wah, ini menjadi tantangan tersendiri bagi kami untuk menampilkan yang terbaik. Penampilan keempat berdurasi 12 menit di siang hari diisi oleh abang-abang rapa’i geleng, dan penampilan kelima di sore hari, yang sekaligus menjadi penampilan terakhir Indonesia di festival ini berdurasi 40 menit dan diisi dengan kolaborasi ratoeh dan rapa’i geleng. Di awal penampilan, Icha, yang menjadi syeh kami, menyapa penonton dengan bahasa Belanda (wilayah Belgia yang menjadi tempat berlangsungnya festival menggunakan bahasa Belanda), sapaan tersebut tentu saja membuat penonton bersorak dan suasana menjadi lebih hangat. Selain menyapa penonton, Icha juga menyampaikan selamat hari ibu (hari ibu di Belgia dirayakan setiap tanggal 12 Mei).

syeh dan pemain rapa'i yang mengiringi setiap penampilan selama festival
syeh dan pemain rapa’i yang mengiringi setiap penampilan selama festival
bersama konsulat Indonesia, koordinator acara, dan LO kesayangan kami
bersama konsulat Indonesia, koordinator acara, dan LO kesayangan kami

Hal paling berkesan di penampilan terakhir ini adalah ketika penonton tidak berhenti bertepuk tangan sambil meneriakkan “We love you, Indonesia!”. Alhamdulillah, alhamdulillah, penonton bisa menikmati dan mengenal salah satu budaya Indonesia yang berasal dari Aceh ini. Di akhir penampilan, panitia menyerahkan sertifikat, plakat, coklat serta bir khas Belgia kepada kami. Kami pun tak mau ketinggalan memberikan souvenir khas Indonesia kepada panitia sebagai ucapan terima kasih.

Perjuangan kami untuk bisa berada di panggung wereldfolkloreade ini tidaklah mudah. Untuk itu kami juga berterima kasih kepada segenap pihak yang dengan ikhlas telah membantu kami meraih apa yang kami impikan. Terima kasih. Terima kasih 🙂

Tim Tari Rampoe-Rapa'i Geleng IMABA FIB UGM
Tim Tari Rampoe-Rapa’i Geleng IMABA FIB UGM

“Terima kasih telah mengajarkan kami tarian ini, Kakak..”

Saleum!

Saya ingin sedikit berbagi cerita pengalaman saat KKN 🙂 *ada hubungannya dengan rampoe?* Ada dooonk, yang mau saya share di sini adalah pengalaman saat saya mengajarkan tari ratoeh duek kepada anak-anak kelas 5-6 SD di tempat saya KKN.

Saya bersama 19 teman-teman UGM dari fakultas lain melaksanakan Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) di Desa Kagungan Jaya, Kecamatan Gunung Terang, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Provinsi Lampung. Sebuah desa yang baru saja dibangun dengan warganya yang sebagian besar adalah transmigran dari Jawa, jadi warga di desa ini lebih sering berkomunikasi dengan bahasa Jawa.

Tema dari KKN kami adalah pendidikan dan pertanian. Untuk itu kami sering mengunjungi satu-satunya SD yang ada di desa tersebut untuk menjalankan program-program KKN kami. Siswa-siswa di sekolah tersebut sangat antusias menyambut setiap kedatangan kami di sana. Mereka senang bercerita tentang apa saja. Sampai suatu ketika salah seorang teman saya punya ide untuk mengajarkan mereka sebuah tarian. Karena mengetahui saya sedang belajar tari rampoe, dia pun mengutus saya untuk mengajarkan tarian tersebut kepada siswa-siswa di sana. Tak disangka, anak-anak SD tersebut sangat senang ketika diberitahu akan diajarkan menari. Maka mulailah kami mengatur jadwal latihan dengan target tampil pada malam perpisahan KKN kami di Balai Desa.

Latihan dilakukan setiap hari, mulai pukul 4 sore di pondok KKN, dengan jumlah “anggota” sebanyak 12 anak. Ada 7 gerakan yang diajarkan, yaitu gerakan awal (pembuka), saleum, kutidieng, sholallah, aro pulo pinang, hai la otsa, dan penutup. Awalnya agak sedikit kesal, gondok, karena mereka selalu main-main *yah, namanya anak SD* sampai-sampai saya dan teman saya sempat pesimis dengan target tampil pada malam perpisahan 2 minggu yang akan datang. Tapi, satu hal yang membuat saya salut dan terharu adalah, ketika pada latihan berikutnya saya minta mereka mengulang gerakan yang sudah diajarkan kemarin, mereka melakukannya dengan sangat baik, ternyata mereka juga rajin mengulang gerakan pada saat jam istirahat di sekolah 🙂

Proses latihan ini sangat saya nikmati. Selain anak-anak tersebut yang belajar tari ratoeh duek, teman-teman KKN saya juga menjadi tertarik dengan tarian ini, dan sering ikut latihan bersama anak-anak yang lain, bukan cuma yang cewek, tapi yang cowok juga, lho!

mas dan mbak dari KKN juga ikutan belajar, nih..
mas dan mbak dari KKN juga ikutan belajar, nih..
nggak mau kalah sama anak SD, harus bisa juga :D
nggak mau kalah sama anak SD, harus bisa juga 😀

Penampilan perdana mereka adalah pada saat acara api unggun yang diadakan di halaman sekolah. Saat itu mereka hanya tampil dengan mengenakan seragam pramuka. Penampilan saat itu bisa dibilang cukup berantakan, mereka terlihat masih nervous sehingga beberapa gerakan ada yang salah. Tapi nggak masalah, masih ada waktu untuk perbaikan sebelum tampil di malam perpisahan :D. Latihan pun semakin rutin dilakukan, mereka juga semakin serius dan konsentrasi dalam latihan.

Sampai akhirnya tibalah saat perpisahan kami dengan warga Desa Kagungan Jaya 🙂 Malam perpisahan diisi dengan program penutup berupa pentas seni. Di malam pentas seni yang diadakan di Balai Desa Kagungan Jaya tersebut, anak-anak yang selama 2 minggu telah latihan tari ratoeh duek menunjukkan hasil latihan mereka dengan tampil di atas panggung Balai Desa. Kostum yang dipakai adalah seragam TPA berwarna biru dan oranye, plus hiasan kepala yang 100% handmade, dibuat oleh saya dan teman-teman KKN lainnya. Didukung dengan make up dan kain jarik (pengganti songket), penampilan mereka malam itu cukup memuaskan, nyaris sempurna untuk anak-anak yang baru mengenal dan belajar tarian ini selama 2 minggu. Mereka pun tampak enjoy saat menari, tidak ada beban sama sekali.

it's show time :)
it’s show time 🙂
hai la otsa...
hai la otsa…

Setelah kembali ke Jogja, saya mendapat kabar bahwa anak-anak tersebut diundang tampil untuk beberapa acara, salah satunya adalah acara yang digelar di kabupaten. Senang rasanya bisa berbagi ilmu dengan mereka, semoga mereka tetap semangat untuk belajar kebudayaan yang lain 🙂

DSC_0261